Selasa, 03 April 2018

Dian Suci Rahmawati, Proyeksi Diri dalam Seni Rupa Tugu Jogja Malam Hari

Banyak cara dilakukan orang untuk mengekspresikan perasaan dan isi hatinya, tak terkecuali bagi ibu rumah tangga yang juga seorang pelukis Dian Suci Rahmawati. 

Ultramanminmun a.k.a Dian Suci Rahmawati adalah ilustrator yang kebanyakan karyanya menggunakan figur diri sendiri sebagai model yang diilustrasikan. Selain kebanyakan berasal dari pengamatan dan pengalaman pribadi, ilustrasinya cenderung hitam putih dengan fokus pada bahasa tubuh dan pose. 

Beberapa kali ibu 3 anak ini melakukan pameran atas berbagai karya yang ia buat. Terakhir Dian mengikuti pameran kolektif di Tugu Jogja malam hari Contemporary pada Desember tahun 2017. “Waktu itu aku membuat pidatonya Soeharto tentang dharma wanita dengan benang yang aku susun ke dalam tulisan,” ujar Dian saat ditemui dalam pembukaan pameran tunggalnya di Kedai Kebun Forum, Turtodipuran, Kota Yogyakarta, Senin (19/3).
Instalasi pidato yang ia buat berkisah tentang bagaimana pemerintahan Orde Baru membentuk perempuan-perempuan dharma wanita yang hanya berkegiatan di ranah domestik. Dan pada akhirnya Dian memilih media benang berwarna merah yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah karya yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Tidak hanya sampai di situ, perempuan kelahiran Kebumen ini lantas meneruskan kecintaannya pada seni dengan membuat pameran tunggal yang berisi karya lukisnya. Dalam acara ini, Dian menampilkan karyanya melalui beberapa lukisan yang dibingkai dalam frame dan melalui mural yang ia kerjakan selama kurang lebih satu bulan. Media yang ia gunakan selain kertas dan drawing pen, Dian juga kerap menggunakan acrylic, cat air, dan kanvas.
Mengambil tema ‘Aku Pingin Crita Dawa--Nanging Apa Kowe Kuwawa? Aku Kuwawa? (Aku ingin cerita panjang. Tapi apakah kamu sanggup? Aku sanggup?)’ adalah sebuah karya yang menceritakan tentang percakapan seorang perempuan dengan dirinya sendiri tentang banyak hal yang sejatinya tak pernah tunggal. Dian mengambil sebuah ruang yang begitu kita kenal: rumah, pekarangan, halaman belakang, yang ia jadikan sebagai ruang tumpah ide.
Melalui gambar-gambarnya, Dian seperti hendak bercerita panjang meski ia tidak sanggup atau setidaknya merasa tak sanggup. Ia juga meragukan apakah ada yang sanggup mendengarkannya, karenanya ia memilih bentuk solilokui yang merupakan gaya penulisan yang sangat bersifat personal berisi renungan, pengakuan, dan kontemplasi untuk dirinya sendiri.
“Ini sebenarnya caraku dalam menggambarkan seorang perempuan dengan segala yang terjadi dalam ranah domestiknya,” ujar Dian.

Perempuan lulusan Design Arsitektur, UII ini memaparkan bahwa dirinya merupakan bagian dari perempuan yang masih memegang pakem-pakem yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga. Baginya, ada beberapa hal dalam ranah domestik yang masih tabu untuk disuarakan ataupun sekadar diceritakan kepada orang lain.
“Aku bukan perempuan yang bisa speak up ketika mengalami sebuah keadaan tertentu. Jadi melalui karya seperti inilah aku mencoba untuk menunjukkan kepada orang lain bagaimana wajah perempuan di ranah domestik,” papar Dian.
Pameran ini merupakan kali pertama Dian memajang hasil karyanya di Kedai Kebun Forum (KKF). Tempat ini ia jadikan sebagai rumah keduanya setelah dengan perannya sebagai ibu dari 3 orang anak, untuk menorehkan ide ataupun gagasan dalam sebuah karya. Dalam ruang pameran tersebut, Dian mengambil posisi favorit di sebuah sudut dan menghadap sebuah jendela di depannya. Seakan mempunyai dunianya sendiri, posisi duduk yang membelakangi ruang pameran menunjukkan sisi tertutupnya dengan ide yang sedang digarap dari pengaruh-pengaruh seniman lain yang kadang berkunjung di ruang pameran tersebut.
“Aku orangnya pemalu mbak, ngomong di depan orang lebih dari tiga menit aja aku malu,” ujar perempuan berusia 32 tahun ini. 
Karya ilustrasi Dian yang lain bisa ditemui di sampul buku ‘Sejumlah Perkutut Buat Bapak’ karya Gunawan Maryanto dan ‘Dua Tangisan pada Satu Malam’ karya Puthut EA.
Event pameran ini resmi dibuka pada hari Senin (19/3) malam dengan menampilkan Gunawan Maryanto, Prihatmoko Moki, dan Febrian Mohammad. Bertempat di Ruang Galeri Kedai Kebun Forum, Turtodipuran, Kota Yogyakarta pameran ini terbuka untuk umum dan gratis dan akan diadakan sampai dengan tanggal 9 April 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar